Pengertian Revolusi Industri 4.0
Industri 4.0 adalah
istilah untuk menyebut sekumpulan teknologi dan organisasi rantai nilai berupa smart factory, CPS, IoT dan IoS. Smart factory adalah pabrik modular
dengan teknologi CPS yang memonitor proses fisik produksi kemudian
menampilkannya secara virtual dan melakukan desentralisasi pengambilan
keputusan. Melalui IoT, CPS mampu saling berkomunikasi dan bekerja sama secara
real time termasuk dengan manusia. IoS adalah semua aplikasi layanan yang dapat
dimanfaatkan oleh setiap pemangku kepentingan baik secara internal maupun antar
organisasi. Terdapat enam prinsip desain Industri 4.0 yaitu interoperability, virtualisasi,
desentralisasi, kemampuan real time, berorientasi layanan dan bersifat modular.
Berdasar beberapa
penjelasan di atas, Industri 4.0 dapat diartikan Industri 4.0 memperkenalkan
apa yang disebut "pabrik cerdas", di mana sistem fisik maya memantau
proses fisik pabrik dan membuat keputusan yang terdesentralisasi. Sistem fisik
menjadi Internet of Things,
berkomunikasi dan bekerja sama baik satu sama lain dan dengan manusia secara
real time melalui web nirkabel.
1.
Optimalisasi proses;
2.
Transformasi digital;
3.
Analisis data;
4.
Otomasi;
5.
Model bisnis baru, pengembangan
keterampilan yang dibutuhkan.
Studi menyebutkan
istilah revolusi industri 4.0 pertama kali muncul pada 2011, ketika pemerintah
Jerman memperkenalkan strategi pemanfaatan teknologi yang disebut dengan
Industri 4.0. Industri 4.0 sendiri merupakan salah satu pelaksanaan proyek
Strategi Teknologi Modern Jerman 2020 (Germany’s
High-Tech Strategy 2020). Strategi tersebut diimplementasikan melalui
peningkatan teknologi sektor manufaktur, penciptaan kerangka kebijakan
strategis yang konsisten, serta penetapan prioritas tertentu dalam menghadapi
kompetisi global. Dari hal tersebut, kemudian muncul istilah industrial revolution 4.0. Kata
‘revolusi’ digunakan untuk menunjukkan perubahan yang sangat cepat dan
fundamental, serta bersifat disruptive
(merusak tatatan lama yang sudah ada selama bertahun-tahun). Sementara
gelombang ke-4 menandakan urutan kejadian revolusi industri yang pernah ada. Secara
singkat periodisasi revolusi industri bisa dijelaskan sebagai berikut:
1.
Revolusi Industri Gelombang ke-1 (Industrial Revolution 1.0). Terjadi
pertama kali di Inggris di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai
menggantikan pekerjaan manusia, kemudian menyebar ke daratan Eropa dan Amerika
pada pertengahan abad ke-17.
2.
Revolusi Industri Gelombang ke-2 (Industrial Revolution 2.0). Merupakan
lanjutan revolusi sebelumnya, yang terjadi pada pertengahan abad ke-18 di
Eropa. Revolusi ini ditandai dengan pemanfaatan tenaga listrik (electricity) untuk mempermudah serta
mempercepat proses produksi, distribusi, dan perdagangan.
3.
Revolusi Industri Gelombang ke-3 (Industrial Revolution 3.0). Berkembang
pada era 1970’an, terutama di Amerika Serikat, dengan diperkenalkannya sistem
teknologi informasi (IT) dan
komputerisasi untuk menunjang otomatisasi produksi (production automation). Tidak seperti dua revolusi industri
sebelumnya yang memerlukan beberapa dekade untuk menyebar, revolusi gelombang
ke-3 ini menyebar begitu cepat ke negara-negara lain, dari daratan Eropa hingga
Asia.
4.
Revolusi Industri Gelombang ke-4 (Industrial Revolution 4.0). Era 2000’an
hingga saat ini merupakan era penerapan teknologi modern, antara lain teknologi
fiber (fiber technology) dan sistem
jaringan terintegrasi (integrated network),
yang bekerja di setiap aktivitas ekonomi, dari produksi hingga konsumsi.
Dalam salah satu
studinya, the World Economic Forum (WEF) menyatakan bahwa revolusi industri 4.0
ditandai oleh pembauran (fusion)
teknologi yang mampu menghapus batas-batas penggerak aktivitas ekonomi, baik
dari perspektif fisik, digital, maupun biologi. Dengan bahasa yang lebih
sederhana bisa dikatakan bahwa pembauran teknologi mampu mengintegrasikan
faktor sumberdaya manusia, instrumen produksi, serta metode operasional, dalam
mencapai tujuan.
Komentar
Posting Komentar