MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA “Peran Sumber Daya Manusia dan Kompetensi yang Dibutuhkan dalam Revolusi Industri 4.0”
MAKALAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
“Peran Sumber Daya Manusia dan Kompetensi yang Dibutuhkan
dalam Revolusi Industri 4.0”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian
Akhir Semester
Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya
Manusia

Oleh:
Ilham
Zuliadin
|
1603061
|
PROGRAM STUDI TEKNIK
INDUSTRI
SEKOLAH TINGGI
TEKNOLOGI GARUT
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur
Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia ini. Topik yang saya bahas pada makalah ini adalah mengenai
Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia Kekinian yang khususnya membahas peran
Manajemen Sumber Daya Manusia dan Kompetensi yang dibutuhkan dalam revolusi
industri 4.0.
Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan
tugas saya selanjutnya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Serta saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan.
Garut, Januari 2019
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
1.2 Rumusan
masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Industri 4.0
2.2 Karakteristik
Revolusi Industri 4.0
2.3 Dampak
Revolusi Industri 4.0
2.4 Peran
Sumber Daya Manusia dalam Revolusi Industri 4.0
2.5 Tantangan-Tantangan
Skill di Industri Masa Depan
2.6 Kebutuhan
Kompetensi Kerja di Masa Depan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Istilah Industri 4.0
lahir dari ide revolusi industri ke empat. European Parliamentary Research
Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa revolusi industri terjadi empat
kali. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan
mesin uap dan mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan manusia. Revolusi yang
kedua terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin produksi yang ditenagai
oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara masal. Penggunaan
teknologi komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda
revolusi industri ketiga. Saat ini, perkembangan yang pesat dari teknologi
sensor, interkoneksi, dan analisis data memunculkan gagasan untuk
mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang industri.
Revolusi Industri
4.0 merupakan fenomena yang unik jika dibandingkan dengan tiga revolusi
industri yang mendahuluinya. Istilah Industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di
Jerman tepatnya saat diadakan Hannover Fair pada tahun 2011 (Kagermann dkk,
2011). Negara Jerman memiliki kepentingan yang besar terkait hal ini karena
Industri 4.0 menjadi bagian dari kebijakan rencana pembangunannya yang disebut High-Tech Strategy 2020. Tujuan dari
Revolusi Industri 4.0 yaitu untuk meningkatkan daya saing industri tiap negara
dalam menghadapi pasar global yang sangat dinamis. Kondisi tersebut diakibatkan
oleh pesatnya perkembangan pemanfataan teknologi digital di berbagai bidang. Sebagian
besar pendapat mengenai potensi manfaat Industri 4.0 adalah mengenai perbaikan
kecepatan fleksibilitas produksi, peningkatan layanan kepada pelanggan dan peningkatan pendapatan.
Kedatangan Revolusi
Industri 4.0 harus dijawab dengan kesiapan sumber daya manusia untuk berbagai
sektor. Cara kerja dan output dari hasil kerja menjadi hal yang berubah di era
ini. Jika tidak, tentu akan mengalami ketinggalan dan tidak mampu bersaing
dalam menampilkan yang terbaik. Revolusi Industri 4.0 memang memberikan
tantangan menarik sekaligus memberikan peluang untuk mencipta kancara baru, sistem
baru, dan budaya baru dalam kehidupan. Cara kerja ala 4.0 harus dikelola dengan
baik dan mampu menghasilkan output yang diinginkan. Dampak kehadiran Revolusi
Industri 4.0 akan tampak jelas pada sektor pendidikan. Pada konteks ini,
perguruan tinggi mengalami perubahan yang meliputi sistem kerja, orientasi
menghasilkan lulusan, menyesuaikan dengan kebutuhan industri masa kini,
menerapkan metode terkini dengan diperkuat sistem informasi digital, dan
kepemimpinan. Semua itu dilakukan karena orientasi kompetensi yang dibutuhkan
dan peran sumber daya manusia dalam revolusi industri 4.0 juga berubah.
Perguruan tinggi dan industri memang memiliki relasi kuat, di mana output
perguruan tinggi harus bisa terpakai di dunia industri.
Makalah ini
bertujuan untuk memaparkan mengenai Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia
Kekinian yang khususnya membahas peran Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Kompetensi yang dibutuhkan dalam revolusi industri 4.0. Isi makalah ini
meliputi kajian terhadap definisi, karakteristik, tantangan, peluang dan dampak
dari Revolusi Industri 4.0. Makalah ini diharapkan dapat memberi gambaran
mengenai kompetensi apa saja yang dibutuhkan dan peran Sumber Daya Manusia di
dalam Revolusi Industri 4.0
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, ada beberapa pokok permasalahan
yang akan kami bahas, antara lain sebagai berikut :
a.
Bagaimana karakteristik revolusi
industri 4.0 ?
b.
Bagaimana dampak dari revolusi
industri 4.0?
c.
Bagaimana peran Sumber Daya
Manusia (SDM) dalam revolusi industri 4.0?
d.
Apa tantangan skill yang
dibutuhkan di industri masa depan?
e.
Apa kompetensi kerja yang
dibutuhkan di masa depan?
1.3
Tujuan
Tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Mengetahui karakteristik revolusi
industri 4.0;
b.
Mengetahui dampak dari revolusi
industri 4.0
c.
Mengetahui peran Sumber Daya
Manusia (SDM) dalam revolusi industri 4.0
d.
Mengetahui tantagan skill di
industri masa depan;
e.
Mengetahui kebutuhan kompetensi
kerja di masa depan;
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Industri 4.0
Industri 4.0 adalah
istilah untuk menyebut sekumpulan teknologi dan organisasi rantai nilai berupa smart factory, CPS, IoT dan IoS. Smart factory adalah pabrik modular
dengan teknologi CPS yang memonitor proses fisik produksi kemudian
menampilkannya secara virtual dan melakukan desentralisasi pengambilan
keputusan. Melalui IoT, CPS mampu saling berkomunikasi dan bekerja sama secara
real time termasuk dengan manusia. IoS adalah semua aplikasi layanan yang dapat
dimanfaatkan oleh setiap pemangku kepentingan baik secara internal maupun antar
organisasi. Terdapat enam prinsip desain Industri 4.0 yaitu interoperability, virtualisasi,
desentralisasi, kemampuan real time, berorientasi layanan dan bersifat modular.
Berdasar beberapa
penjelasan di atas, Industri 4.0 dapat diartikan Industri 4.0 memperkenalkan
apa yang disebut "pabrik cerdas", di mana sistem fisik maya memantau
proses fisik pabrik dan membuat keputusan yang terdesentralisasi. Sistem fisik
menjadi Internet of Things,
berkomunikasi dan bekerja sama baik satu sama lain dan dengan manusia secara
real time melalui web nirkabel.
1.
Optimalisasi proses;
2.
Transformasi digital;
3.
Analisis data;
4.
Otomasi;
5.
Model bisnis baru, pengembangan
keterampilan yang dibutuhkan.
Studi menyebutkan
istilah revolusi industri 4.0 pertama kali muncul pada 2011, ketika pemerintah
Jerman memperkenalkan strategi pemanfaatan teknologi yang disebut dengan
Industri 4.0. Industri 4.0 sendiri merupakan salah satu pelaksanaan proyek
Strategi Teknologi Modern Jerman 2020 (Germany’s
High-Tech Strategy 2020). Strategi tersebut diimplementasikan melalui
peningkatan teknologi sektor manufaktur, penciptaan kerangka kebijakan
strategis yang konsisten, serta penetapan prioritas tertentu dalam menghadapi
kompetisi global. Dari hal tersebut, kemudian muncul istilah industrial revolution 4.0. Kata
‘revolusi’ digunakan untuk menunjukkan perubahan yang sangat cepat dan
fundamental, serta bersifat disruptive
(merusak tatatan lama yang sudah ada selama bertahun-tahun). Sementara
gelombang ke-4 menandakan urutan kejadian revolusi industri yang pernah ada. Secara
singkat periodisasi revolusi industri bisa dijelaskan sebagai berikut:
1.
Revolusi Industri Gelombang ke-1 (Industrial Revolution 1.0). Terjadi
pertama kali di Inggris di mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai
menggantikan pekerjaan manusia, kemudian menyebar ke daratan Eropa dan Amerika
pada pertengahan abad ke-17.
2.
Revolusi Industri Gelombang ke-2 (Industrial Revolution 2.0). Merupakan
lanjutan revolusi sebelumnya, yang terjadi pada pertengahan abad ke-18 di
Eropa. Revolusi ini ditandai dengan pemanfaatan tenaga listrik (electricity) untuk mempermudah serta
mempercepat proses produksi, distribusi, dan perdagangan.
3.
Revolusi Industri Gelombang ke-3 (Industrial Revolution 3.0). Berkembang
pada era 1970’an, terutama di Amerika Serikat, dengan diperkenalkannya sistem
teknologi informasi (IT) dan
komputerisasi untuk menunjang otomatisasi produksi (production automation). Tidak seperti dua revolusi industri
sebelumnya yang memerlukan beberapa dekade untuk menyebar, revolusi gelombang
ke-3 ini menyebar begitu cepat ke negara-negara lain, dari daratan Eropa hingga
Asia.
4.
Revolusi Industri Gelombang ke-4 (Industrial Revolution 4.0). Era 2000’an
hingga saat ini merupakan era penerapan teknologi modern, antara lain teknologi
fiber (fiber technology) dan sistem
jaringan terintegrasi (integrated network),
yang bekerja di setiap aktivitas ekonomi, dari produksi hingga konsumsi.
Dalam salah satu
studinya, the World Economic Forum (WEF) menyatakan bahwa revolusi industri 4.0
ditandai oleh pembauran (fusion)
teknologi yang mampu menghapus batas-batas penggerak aktivitas ekonomi, baik
dari perspektif fisik, digital, maupun biologi. Dengan bahasa yang lebih
sederhana bisa dikatakan bahwa pembauran teknologi mampu mengintegrasikan
faktor sumberdaya manusia, instrumen produksi, serta metode operasional, dalam
mencapai tujuan.
2.2
Karakteristik Revolusi Industri
4.0
Karakteristik
revolusi industri 4.0 ditandai dengan berbagai teknologi terapan (applied technology), seperti advanced robotics, artificial intelligence, internet
of things, virtual and augmented
reality, additive manufacturing, serta distributed
manufacturing yang secara keseluruhan mampu mengubah pola produksi dan
model bisnis di berbagai sektor industri.
Adapun pengertian dari istilah-istilah
tersebut adalah:
·
Advanced Robotics. Instrumen ini merupakan
peralatan yang digunakan secara mandiri, yang mampu berinteraksi secara
langsung dengan manusia, serta menyesuaikan perilaku berdasarkan sensor data
yang diberikan. Fungsi utamanya adalah untuk memperpendek waktu tunggu dan
waktu layanan, sehingga menghasilkan efisiensi.
·
Artificial Intelligence (AI). AI adalah sistem
mesin berteknologi komputer yang mampu mengadopsi kemampuan manusia. Ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas, sekaligus
meminimalisir risiko kesalahan yang bisa dilakukan oleh tenaga kerja manusia.
·
Internet of Things (IoT). IoT merupakan
teknologi yang memungkinan setiap instrumen terkoneksi satu sama lain secara
virtual, sehingga mampu mendukung kinerja operasioanal usaha, pengawasan
terhadap perfoma manajemen, serta peningkatan nilai guna output.
·
Virtual and Augmented Reality. Virtual Reality merupakan simulasi yang
dilakukan oleh komputer dalam membentuk sebuah realitas rekaan. Teknologi ini
mampu memanipulasi penglihatan manusia sehingga seolah-olah berada di tempat
atau lingkungan yang berbeda dari kenyataan sesungguhnya. Sementara Augmented
Reality adalah teknologi yang mampu menghasilkan informasi dari kondisi
lingkungan sebenarnya, lalu diproses secara digital dan digunakan untuk tujuan
tertentu.
·
Additive Manufacturing. Teknologi ini
merupakan otomatisasi proses produksi melalui teknologi 3D (three dimensional).
Hal ini memberi pengaruh positif pada kecepatan pengolahan dan transportasi
produk.
·
Distributed Manufacturing. Merupakan konsep
penempatan lokasi produksi dan pengintegrasian proses produksi, sehingga bisa
berada sedekat mungkin dengan konsumen untuk menjawab kebutuhan riil mereka.
Tujuannya adalah untuk mencapai economies of scale, sekaligus mengurangi beban
biaya (cost efficiency).
Melalui penerapan teknologi modern, sektor
industri tidak lagi semata-mata berfokus pada pengembangan usaha dan
peningkatan laba, melainkan juga pada pendayagunaan dan optimalisasi setiap
aktivitas, mulai dari pengadaan modal, proses produksi, hingga layanan kepada
konsumen (World economic Forum. Impact of the Fourth Industrial Revolution on
Supply Chains, October, 2017).
Selain membawa dampak positif, revolusi
industri 4.0 juga memunculkan berbagai tantangan yang mesti dijawab. The United
Nations Industrial Development Organization (UNIDO) menekankan agar kehadiran
industri 4.0 bisa meningkatkan perekonomian negara-negara miskin dan
berkembang, sekaligus mendorong terwujudnya agenda-agenda pembangunan seperti
yang tertuang dalam the Sustainable
Development Goals (SDGs). Namun demikian UNIDO juga mengkhawatirkan
terjadinya gap yang semakin besar diantara negara-negara maju yang mampu
mengaplikasikan teknologi modern, dengan negara-negara miskin dan berkembang
yang tertinggal dalam pengembangan teknologi.
Masalah yang tidak kalah penting adalah dampak
penerapan teknologi terhadap peran tenaga kerja serta pemeratan kesejahteraan.
UNIDO menegaskan beberapa poin penting terkait perkembangan industri 4.0,
yakni:
1.
Industri 4.0 diharapkan memberi
manfaat untuk kepentingan manusia, lingkungan, dan kesejahteraan bersama.
2.
Industri 4.0 diharapkan mampu
mendorong pengembangan kapasitas manusia , sehingga menjadi semakin terdidik
dan terampil.
3.
Akses terhadap teknologi
diharapkan terjangkau dengan mudah, sehingga bisa diterapkan di semua negara.
4.
Kemajuan teknologi diharapkan
mampu menghasilkan keterbukaan informasi.
5.
Kemajuan teknologi diharapkan bisa
menggeser paradigma lama, dari persaingan (competition)
menjadi koneksi (connection) dan
kerjasama (collaboration).
6.
penerapan teknologi diharapkan
mampu menjawab tantangan perubahan iklim dan upaya pelestarian lingkungan.
Sementara
upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan di era revolusi
industri 4.0, antara lain:
1.
Mengidentifikasi area strategis
dalam rangka meningkatkan kecepatan, fleksibilitas, produktivitas, dan kualitas
output.
2.
Menganalisa dampak pemanfaatan
teknologi dalam jangka panjang, terutama terhadap serapan tenaga kerja dan
lingkugan hidup.
3.
Mempersiapkan infrastruktur, serta
program pendidikan dan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan kapasitas
sumberdaya manusia dalam penguasaan teknologi.
2.3
Dampak Revolusi Industri 4.0
Manusia melakukan
proses inovasi dan teknologi untuk menghasilkan output yang lebih tinggi dengan
seefisien mungkin. Perubahan teknologi menyebabkan perubahan struktural dan
mengakibatkan beberapa pekerjaan hilang. Sebagai contoh, dahulu ketika komputer
pertama kali diperkenalkan, tenaga kerja yang memiliki keterampilan mengetik
dengan mesin tik terancam oleh mereka yang memiliki keterampilan menggunakan computer.
Semenjak revolusi industri 3.0, inovasi telah
mendorong terciptanya teknologi yang menghemat penggunaan tenaga kerja. Hal ini
telah mendorong terhapusnya beberapa lapangan pekerjaan, terutama di
negara-negara maju. Terdapat berbagai studi yang mendukung hipotesis bahwa
banyak pekerjaan yang telah hilang akibat mekanisasi. Dalam studinya, (Frey
& Osborne, 2013) memprediksi bahwa hingga tahun 2030, hampir 50% pekerja di
AS menghadapi resiko kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi dalam proses
produksi. Berikut adalah 13 pekerjaan yang akan hilang otomatisasi dalam proses
produksi:
1.
Drivers (Supir);
2.
Printers and publishers (Percetakan &
penerbitan);
3.
Cashier (kasir);
4.
Travel Agents (Agen Perjalanan);
5.
Manufacturing Workers (Pekerja Pabrik);
6.
Waiting tables and bartending (Penunggu Meja
dan Pelayan Bar);
7.
Bank tellers (Kasir Bank);
8.
Millitery Pilot and soldiers (Pilot dan
Tentara Militer);
9.
Fast food workers (Pekerja makanan cepat
saji);
10.
Telemarketer (promosi/Marketing di Media
Umum);
11.
Accountans and tax preparers (Akuntan dan penyusun pajak);
12.
Stcok Traders (Pedagang saham);
13.
Construction workers (Pekerja Konstruksi);
2.4
Peran Sumber Daya Manusia dalam
Revolusi Industri 4.0
Dalam pengembangan
industri 4.0 perlu dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik. Sebab meskipun
banyak yang sudah menggunakan robot dalam industri, perlu juga tenaga manusia.
Karena antara industri 4.0 dengan SDM sangat erat sekali kaitannya. Sebagai
contohnya, dengan adanya pekerja manusia, maka masyarakat akan memiliki
penghasilan dan bisa meningkatkan angka Konsumsi. juga penting agar masyarakat
bisa mendapatkan pekerjaan dan bisa menjadi konsumen.
Peranan manusia,
peranan pekerja, peranan inovatif tetap menjadi inti dari revolusi industri 4.0.
Karena apabila tidak ada pekerja siapa yang berpenghasilan, apabila tidak ada
yang berpenghasilan siapa yang membeli barang yang dihasilkan oleh robot. Contohnya,
pada industri pertanian yang tentunya masih diperlukan tenaga manusia. Sebab
industri ini, meskipun bisa menggunakan robot, namun tenaga manusia masih
dibutuhkan.
Banyak negara-negara
melakukan perubahan Cina dan Singapura misalnya menggunakan teknologi untuk melakukan
perubahan dan juga Mengembangkan riset namun tetap manusia yang melakukan
perubahan dan mengembangkan riset tersebut
Meski teknologi akan
menyebabkan beberapa pekerjaan hilang, teknologi juga dapat mendorong munculnya
berbagai bidang baru yang mungkin belum terbayangkan saat ini. Bahkan teknologi
telah menciptakan lebih banyak pekerjaan baru daripada yang hilang. Sebagai
contoh, komputer telah menggantikan peran mesin ketik.
Namun komputer telah
pula menciptakan permintaan terkait pekerjaan yang berbasis komputer, seperti
pengembangan dan pemrograman komputer. Potensi penciptaan lapangan pekerjaan
baru akan selalu ada, namun karena belum terbayang dan belum dapat diketahui
saat ini, perubahan cenderung ditolak dan mengakibatkan kekhawatiran di antara
pekerja
2.5
Tantangan-Tantangan Skill di
Industri Masa Depan
Berikut merupakan 5
skill yang pertumbuhan permintaannya akan paling tinggi berdasarkan beberapa
sektor industri, di mana sebelumnya sektor tersebut tidak banyak membutuhkannya.
1.
Complex Problem Solving
Kemampuan untuk memecahkan masalah yang asing
dan belum diketahui solusinya di dalam dunia nyata.
2.
Social Skill
Kemampuan untuk melakukan koordinasi,
negosiasi, persuasi, mentoring, kepekaan dalam memberikan bantuan hingga
emotional intelligence
3.
Process Skill
Kemampuan terdiri dari: active listening, logical
thinking, dan monitoring self and the
others
4.
System Skill
Kemampuan untuk dapat melakukan judgement dan
keputusan dengan pertimbangan cost-benefit serta kemampuan untuk mengetahui
bagaimana sebuah sistem dibuat dan dijalankan
5.
Cognitive Abilities Skill
Kemampuan yang terdiri dari antara lain: Cognitive Flexibility, Creativity, Logical Reasoning, Problem
Sensitivity, Mathematical Reasoning,
dan Visualization
2.6
Kebutuhan Kompetensi Kerja di Masa
Depan
Menurut World
Economic Forum kebutuhan kompetensi kerja pada masa depan adalah sebagai
berikut:
1.
Abilities
Tabel 1. Kemampuan kognitif & kemampuan fisik
Kemampuan Kognitif
|
Kemampuan Fisik
|
▪ Fleksibilitas kognitif
▪ Kreativitas
▪ Logika
▪ Kepekaan terhadap masalah
▪ Kemampuan matematis
▪ Visualisasi
|
• Kekuatan fisik
• Ketangkasan dan ketelitian
|
2.
Basic Skills
Tabel 2. Keterampilan konten & keterampilan proses
Keterampilan Konten
|
Keterampilan Proses
|
• Kemampuan belajar secaraaktif
• Ekspresioral
• Kemampuan membaca
• Kemampuan menulis
• Pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi (ICT)
|
• Kemampuan mendengar secara aktif
• Berpikir kritis
• Pengawasan diri dan lingkungan sekitar
|
3.
Cross-functional Skills
Tabel 3. Keterampilan Sosial & keterampilan sistem
Keterampilan Sosial
|
Keterampilan Sistem
|
• Berkoordinasi dengan orang lain
• Kecerdasan emosional
• Negosiasi
• Persuasi
• Orientasi pelayanan
• Melatih dan mengajar orang lain
|
• Penilaian dan pengambilan keputusan
• Analisa sistem
|
Tabel 4. Keterampilan MSDM
& keterampilan teknis
Keterampilan Manajemen
Sumber Daya Manusia
|
Keterampilan Teknis
|
• Manajemen sumber finansial
• Manajemen bahan baku
• Manajemen personal
• Manajemen waktu
|
• Perawatan dan reparasi
mesin/peralatan
• Pengoperasian dan
pengawasan mesin/peralatan
• Pemrograman
• Pengawasanmutu (Qualty Control)
• Perancangan teknologi dan
kemampuan pengguna
• Troubleshooting
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan paparan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulannya yaitu:
1.
Karakteristik revolusi industri
4.0 ditandai dengan berbagai teknologi terapan (applied technology), seperti advanced
robotics, artificial intelligence,
internet of things, virtual and augmented reality, additive
manufacturing, serta distributed
manufacturing yang secara keseluruhan mampu mengubah pola produksi dan
model bisnis di berbagai sektor industri.
2.
Inovasi telah mendorong
terciptanya teknologi yang menghemat penggunaan tenaga kerja. Hal ini telah
mendorong terhapusnya beberapa lapangan pekerjaan, terutama di negara-negara
maju. Contoh pekerjaan yang akan hilang akibat mekanisasi yaitu teller bank,
kasir dll.
3.
Peranan manusia, peranan pekerja,
peranan inovatif tetap menjadi inti dari revolusi industri 4.0. Karena apabila
tidak ada pekerja siapa yang berpenghasilan, apabila tidak ada yang
berpenghasilan siapa yang membeli barang yang dihasilkan oleh robot. Contohnya,
pada industri pertanian yang tentunya masih diperlukan tenaga manusia. Sebab
industri ini, meskipun bisa menggunakan robot, namun tenaga manusia masih
dibutuhkan.
4.
5 skill yang pertumbuhan
permintaannya akan paling tinggi berdasarkan beberapa sektor industri, di mana
sebelumnya sektor tersebut tidak banyak membutuhkannya yaitu: Complex Problem Solving, Social Skill,
Process Skill, System Skill, Cognitive Abilities Skill
5.
Menurut World Economic Forum
kebutuhan kompetensi kerja diklasifikasikan sebagai berikut: Kemampuan
Kognitif, Kemampuan fisik, Keterampilan Konten, Keterampilan Proses,
Keterampilan Sosial, Keterampilan Sistem, Keterampilan MSDM dan Keterampilan
Teknis
DAFTAR PUSTAKA
INDUSTRI 4.0
DAN REVOLUSI SDM. (2019,
Januari 02). Diambil kembali dari
https://www.validnews.id/Industri-4-0-dan-Revolusi-SDM-EeF
Zaman, M. B.
(2019, Januari 02). Bagaimana kualitas perguruan tinggi dalam menghadapi
Revolusi industri 4.0? . Diambil kembali dari Teachin.id:
https://teachin.id/landing/bagaimana_kualitas_perguruan_tinggi_dalam_menghadapi_revolusi_industri_40.php
Rosenberg, N. (2004).tourism. Retrieved
from oecd.org: https://www.oecd.org/cfe/tourism/34267902.pdf
Frey, C. B., & Osborne, M. A. (2019, Januari
02). THE FUTURE OF EMPLOYMENT: HOW SUSCEPTIBLE ARE JOBS TO
COMPUTERISATION? Retrieved from https://www.oxfordmartin.ox.ac.uk/downloads/academic/The_Future_of_Employmen
Komentar
Posting Komentar