Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kualitas Produk UKM Tempe di Garut
PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP
KUALITAS PRODUK UKM TEMPE DI KABUPATEN GARUT
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan
Mata Kuliah Ergonomi
dan Perancangan Sistem Kerja

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Penelitian mengenai Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kualitas Produk
UKM Tempe di Kabupaten Garut
Laporan ini telah kami susun dengan
semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dari pembuatan laporan ini baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga Laporan
Penelitian mengenai Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap
Kualitas Produk UKM Tempe di Kabupaten Garut ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Garut merupakan
salah satu daerah yang mempunyai banyak Usaha Kecil dan Menengah yang bergerak di berbagai
bidang. Salah satu Usaha Kecil dan Menengah yang potensial dikembangkan di Kabupaten Garut adalah
Industri pangan. Contohnya
adalah Industri pembuatan kerupuk kulit, industri makanan dodol dan contoh
lainnya adalah industri tempe. Meskipun tidak menjadi
ciri khas dari kota Garut, namun industri ini dirintis dari usaha skala rumah
tangga dan omzet penjualan lumayan besar, seiring dengan waktu UKM ini menjadi
usaha yang semakin berkembang dengan pendapatan penjualan yang tinggi karena
memiliki ciri khas produk dan konsumen yang tetap.
Dalam perkembangannya UKM Tempe ini masih mengalami banyak permasalahan.
Salah satu permasalahan tersebut diantaranya terkait dengan aspek lingkungan
kerja yang meliputi kondisi bangunan dan fasilitasnya, peralatan produksi, dan
kebersihan karyawan dalam proses produksinya yang berdampak pada kualitas
produk tempe tersebut. Kondisi pada ruang produksi UKM tersebut, penerangan
agak redup dan suhu agak panas sehingga mengganggu kenyamanan karyawan dalam
bekerja. Selain itu, karyawan yang bekerja masih kurang pemahamannya tentang
cara berproduksi yang baik karena masih ada karyawan yang sering memegang benda
lain yang tidak dipergunakan dalam bekerja, serta sering memegang bagian tubuh
yang lain, seperti rambut, hidung, dan mengusap keringat dengan tangannya
Lingkungan kerja
dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemennya. Meskipun
lingkungan kerja tidak secara langsung terlibat dalam pelaksanaan proses roduksi di suatu perusahaan, namun baik/buruknya lingkungan kerja suatu perusahaan boleh jadi mempengaruhi para karyawan dalam melakukan proses produksi
tersebut.
Rumusan Masalah
Berikut merupakan rumusan masalah dari Laporan Penelitian mengenai Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kualitas Produk UKM Tempe di Kabupaten Garut:
1. Apa objek dari penelitian ini?
2. Apa tujuan dari penelitian ini?
3. Bagaimana proses dan evaluasi yang dilakukan?
4. Bagaimana hasil analisa yang didapat dari penelitian ini?
Batasan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini selain sebagai pemenuhan tugas yang dianjurkan, juga bertujuan untuk mengetahui dan dapat menganalisa tentang lingkungan kerja khususnya pengaruh lingkungan kerja terhadap proses produksi dan hasil produk tersebut
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh lingkungan kerja terhadap proses produksi dan hasil produk UKM Tempe.
Tempat Penelitian
UKM Tempe Tiga Putri merupakan
salah satu UKM pembuatan tempe yang berada di Kp. Panawuan Rt 08 Rw 04
Kabupaten Garut. UKM ini memiliki karyawan tetap sebanyak 6 orang yang terdiri dari
4 orang bagian pencetakan dan 2 orang bagian pembersihan kedelai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Menurut
Sedarmayanti (2001), lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan
bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode
kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kelompok
Kondisi Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan
fasilitas IRT dapat menjamin bahwa pangan
selama dalam proses produksi tidak
tercemar oleh bahaya
fisik, biologis, dan
kimia, serta mudah dibersihkan dan disanitasi (Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, 2002).
1.
Ruang Produksi
a.
Desain dan Tata Letak
Ruang produksi seharusnya cukup luas dan mudah
dibersihkan.
b.
Lantai
1)
Lantai seharusnya
dibuat dari bahan
kedap air, rata,
halus, tetapi tidak licin, kuat, mudah dibersihkan, dan dibuat
miring untuk memudahkan aliran air.
2)
Lantai harus selalu dalam
keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya
c.
Dinding
1)
Dinding seharusnya dibuat
dari bahan kedap
air, rata, halus, berwarna terang,
tahan lama, tidak
mudah mengelupas, kuat dan mudah dibersihkan.
2)
Dinding harus selalu
dalam keadaan bersih
dari debu, lendir, dan kotoran lainnya.
d.
Langit-langit
1)
Konstruksi langit-langit
seharusnya didisain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu, pertumbuhan
jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi serta terbuat dari
bahan tahan lama, dan mudah dibersihkan.
2)
Langit-langit harus selalu
dalam keadaan bersih dari debu, sarang labalaba dan kotoran lainnya.
e.
Pintu, Jendela dan Lubang Angin
1)
Pintu dan jendela seharusnya
dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata, halus, berwarna terang,
dan mudah dibersihkan.
2)
Pintu, jendela dan lubang angin
seharusnya dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat dilepas untuk memudahkan
perawatan dan pembersihan.
3)
Pintu seharusnya didesain
membuka ke luar/ ke samping sehingga debu atau kotoran lain tidak terbawa masuk
melalui udara ke dalam ruang pengolahan.
4)
Pintu seharusnya dapat ditutup dengan baik dan selalu dalam
keadaan tertutup.
5)
Lubang angin harus cukup
sehingga udara segar selalu mengalir di ruang produksi.
6)
Lubang angin selalu
dalam keadaan bersih,
tidak berdebu, dan tidak dipenuhi sarang laba-laba.
f.
Pencahayaan
1)
Cukup terang.
2)
Lampu harus dibersihkan secara
teratur.
3)
Lampu diberi penutup sehingga
apabila pecah tidak akan mengkontaminasi pangan.
g.
Kelengkapan Ruang Produksi
1)
Ruang produksi seharusnya cukup
terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti.
2)
Di ruang produksi seharusnya
ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih serta
dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.
3)
Di ruang
produksi harus tersedia
perlengkapan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (PPPK).
h.
Tempat Penyimpanan
1)
Tempat penyimpanan
bahan pangan termasuk
bumbu dan bahan tambahan
pangan (BTP) seharusnya
terpisah dengan produk akhir.
2)
Tempat penyimpanan khusus harus
tersedia untuk menyimpan bahan-bahan
bukan pangan seperti
bahan pencuci, pelumas, dan oil.
3)
Tempat penyimpanan harus mudah
dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti
tikus, burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara.
Peralatan Produksi
Tata letak
kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan
produksi yang kontak
langsung dengan pangan
seharusnya di desain, dikonstruksi dan
diletakkan sedemikian untuk
menjamin mutu dan
keamanan pangan yang dihasilkan (Cheng, dkk, 2016).
1.
Peralatan produksi
seharusnya terbuat dari
bahan yang kuat,
tidak berkarat, mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan.
2.
Permukaan yang kontak
langsung dengan pangan
seharusnya halus, tidak bercelah,
tidak mengelupas, dan tidak menyerap air.
3.
Peralatan produksi harus
diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya sehingga memudahkan bekerja dan mudah
dibersihkan.
4.
Semua peralatan
seharusnya dipelihara agar
berfungsi dengan baik dan selalu dalam keadaan bersih.
Hal-hal yang
perlu dilakukan pada sanitasi peralatan, yaitu :
a.
Pencucian peralatan dengan
benar.
b.
Menghilangkan sisa makanan atau
kotoran yang menempel pada permukaan peralatan.
c.
Mengguyur dan menggosok kotoran
dengan air
d.
Mencuci dengan sabun atau
deterjen
e.
Mencuci dengan air yang
mengalir hingga sisa deterjen hilang
f.
Membedakan sabun dan sabut
untuk mencuci peralatan persiapan dan peralatan masak dengan peralatan makan.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pencemaran
g.
Pengeringan peralatan setelah
pencucian dengan meletakkan pada rak-rak yang bersih. Sebisa mungkin hindari
pengeringan peralatan dengan menggunakan serbet. Bila terpaksa digunakan serbet
harus sekali pakai.
Hygiene Karyawan
Karyawan yang
menangani makanan dalam suatu industry pangan merupakan sumber kontaminasi yang
penting karena kandungan mikroba pathogen pada manusia dapat menimbulkan
penyakit yang ditularkan melalui makanan (Dwiari, dkk, 2008). Manusia yang sehat saja mampu membawa mikroba-mikroba seperti Eschericia coli,
Staphlococcus aureus, Salmonella, Clostridium perfringens dan Streptokoki (
Enterokoki) dari kotoran. Streptokoki umumnya terdapat dalam kulit, hidung,
mulut, dan tenggorokan, serta dapat mudah dipindahkan ke dalam makanan (Dwiari,
dkk, 2008).
Menurut Purwiyatno & Ratih (2009), jenis-jenis bahaya dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu bahaya biologis, bahaya kimiawi, dan bahaya fisik.
Menurut
Sedarmayanti (2001), lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan
bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode
kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai
kelompok
Kondisi Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan
fasilitas IRT dapat menjamin bahwa pangan
selama dalam proses produksi tidak
tercemar oleh bahaya
fisik, biologis, dan
kimia, serta mudah dibersihkan dan disanitasi (Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, 2002).
1.
Ruang Produksi
a.
Desain dan Tata Letak
Ruang produksi seharusnya cukup luas dan mudah
dibersihkan.
b.
Lantai
1)
Lantai seharusnya
dibuat dari bahan
kedap air, rata,
halus, tetapi tidak licin, kuat, mudah dibersihkan, dan dibuat
miring untuk memudahkan aliran air.
2)
Lantai harus selalu dalam
keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya
c.
Dinding
1)
Dinding seharusnya dibuat
dari bahan kedap
air, rata, halus, berwarna terang,
tahan lama, tidak
mudah mengelupas, kuat dan mudah dibersihkan.
2)
Dinding harus selalu
dalam keadaan bersih
dari debu, lendir, dan kotoran lainnya.
d.
Langit-langit
1)
Konstruksi langit-langit
seharusnya didisain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu, pertumbuhan
jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi serta terbuat dari
bahan tahan lama, dan mudah dibersihkan.
2)
Langit-langit harus selalu
dalam keadaan bersih dari debu, sarang labalaba dan kotoran lainnya.
e.
Pintu, Jendela dan Lubang Angin
1)
Pintu dan jendela seharusnya
dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata, halus, berwarna terang,
dan mudah dibersihkan.
2)
Pintu, jendela dan lubang angin
seharusnya dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat dilepas untuk memudahkan
perawatan dan pembersihan.
3)
Pintu seharusnya didesain
membuka ke luar/ ke samping sehingga debu atau kotoran lain tidak terbawa masuk
melalui udara ke dalam ruang pengolahan.
4)
Pintu seharusnya dapat ditutup dengan baik dan selalu dalam
keadaan tertutup.
5)
Lubang angin harus cukup
sehingga udara segar selalu mengalir di ruang produksi.
6)
Lubang angin selalu
dalam keadaan bersih,
tidak berdebu, dan tidak dipenuhi sarang laba-laba.
f.
Pencahayaan
1)
Cukup terang.
2)
Lampu harus dibersihkan secara
teratur.
3)
Lampu diberi penutup sehingga
apabila pecah tidak akan mengkontaminasi pangan.
g.
Kelengkapan Ruang Produksi
1)
Ruang produksi seharusnya cukup
terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan teliti.
2)
Di ruang produksi seharusnya
ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih serta
dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.
3)
Di ruang
produksi harus tersedia
perlengkapan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan (PPPK).
h.
Tempat Penyimpanan
1)
Tempat penyimpanan
bahan pangan termasuk
bumbu dan bahan tambahan
pangan (BTP) seharusnya
terpisah dengan produk akhir.
2)
Tempat penyimpanan khusus harus
tersedia untuk menyimpan bahan-bahan
bukan pangan seperti
bahan pencuci, pelumas, dan oil.
3)
Tempat penyimpanan harus mudah
dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga, binatang pengerat seperti
tikus, burung, atau mikroba dan ada sirkulasi udara.
Peralatan Produksi
Tata letak
kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang. Peralatan
produksi yang kontak
langsung dengan pangan
seharusnya di desain, dikonstruksi dan
diletakkan sedemikian untuk
menjamin mutu dan
keamanan pangan yang dihasilkan (Cheng, dkk, 2016).
1.
Peralatan produksi
seharusnya terbuat dari
bahan yang kuat,
tidak berkarat, mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan.
2.
Permukaan yang kontak
langsung dengan pangan
seharusnya halus, tidak bercelah,
tidak mengelupas, dan tidak menyerap air.
3.
Peralatan produksi harus
diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya sehingga memudahkan bekerja dan mudah
dibersihkan.
4.
Semua peralatan
seharusnya dipelihara agar
berfungsi dengan baik dan selalu dalam keadaan bersih.
Hal-hal yang
perlu dilakukan pada sanitasi peralatan, yaitu :
a.
Pencucian peralatan dengan
benar.
b.
Menghilangkan sisa makanan atau
kotoran yang menempel pada permukaan peralatan.
c.
Mengguyur dan menggosok kotoran
dengan air
d.
Mencuci dengan sabun atau
deterjen
e.
Mencuci dengan air yang
mengalir hingga sisa deterjen hilang
f.
Membedakan sabun dan sabut
untuk mencuci peralatan persiapan dan peralatan masak dengan peralatan makan.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi pencemaran
g.
Pengeringan peralatan setelah
pencucian dengan meletakkan pada rak-rak yang bersih. Sebisa mungkin hindari
pengeringan peralatan dengan menggunakan serbet. Bila terpaksa digunakan serbet
harus sekali pakai.
Hygiene Karyawan
Karyawan yang
menangani makanan dalam suatu industry pangan merupakan sumber kontaminasi yang
penting karena kandungan mikroba pathogen pada manusia dapat menimbulkan
penyakit yang ditularkan melalui makanan (Dwiari, dkk, 2008). Manusia yang sehat saja mampu membawa mikroba-mikroba seperti Eschericia coli,
Staphlococcus aureus, Salmonella, Clostridium perfringens dan Streptokoki (
Enterokoki) dari kotoran. Streptokoki umumnya terdapat dalam kulit, hidung,
mulut, dan tenggorokan, serta dapat mudah dipindahkan ke dalam makanan (Dwiari,
dkk, 2008).
Menurut Purwiyatno & Ratih (2009), jenis-jenis bahaya dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu bahaya biologis, bahaya kimiawi, dan bahaya fisik.
Tabel 1.
Jenis-jenis bahaya
Keterangan:
r: Nilai koefisien korelasi
∑X: Jumlah pengamatan variabel
X ∑Y: Jumlah pengamatan variabel
Y ∑XY: Jumlah hasil perkalian
variabel
X dan Y (∑X2): Jumlah kuadrat dari
pengamatan variabel
X (∑X)2: Jumlah kuadrat dari
jumlah pengamatan variabel
X (∑Y2): Jumlah kuadrat dari
pengamatan variabel
Y (∑X)2: Jumlah kuadrat dari
jumlah pengamatan variabel
Y n: Jumlah pasangan pengamatan Y dan X
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi UKM Tempe di Garut
Berikut adalah salah satu contoh kondisi bangunan dan fasilitas UKM Tempe di
Kabupaten Garut dapat dilihat dari gambar dan dari Hasil kuesioner yang dapat pada
tabel berikut ini :
Berikut adalah salah satu contoh kondisi bangunan dan fasilitas UKM Tempe di
Kabupaten Garut dapat dilihat dari gambar dan dari Hasil kuesioner yang dapat pada
tabel berikut ini :
Tabel 2.
Kondisi bangunan dan fasilitas UKM tempe
No
|
Kondisi Bangunan
|
Frekuensi
|
Persentasi (%)
|
||||||||
4
|
3
|
2
|
1
|
Ttl
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Ttl
|
||
1
|
Suhu ruangan
|
-
|
2
|
4
|
-
|
6
|
-
|
33
|
67
|
-
|
100
|
2
|
Pencahayaan
|
-
|
-
|
3
|
3
|
6
|
-
|
-
|
50
|
50
|
100
|
3
|
Sirkulasi Udara
(Ventilasi)
|
-
|
2
|
4
|
-
|
6
|
-
|
33
|
67
|
-
|
100
|
4
|
Sarana
toilet/cuci tangan
|
-
|
2
|
4
|
-
|
6
|
-
|
67
|
33
|
-
|
100
|
5
|
Sarana air
bersih
|
1
|
4
|
1
|
-
|
6
|
17
|
66
|
17
|
-
|
100
|
Keterangan: 4 =
Sangat baik, 3 = Baik, 2 = Cukup, 1 = Kurang
Tabel 3.
Perbandingan antara pedoman produksi untuk bangunan dan fasilitas menurut GMP
dengan kondisi bangunan UKM tempe
Bagunan dan Fasilitas
|
Syarat Menurut GMP
|
Keadaan di UKM
|
Lantai
|
Beton, ubin,
bata tahan asam, tidak licin dan mudah dibersihkan, tidak menyebabkan adanya
genangan air
|
Ubin, dan mudah
dibersihkan.
|
Langit-langit
|
Tinggi minimum
3 m, tidak tembus uap air, licin dan mudah dibersihkan.
|
Tidak tembus
uap air dan tinggi ± 3 m
|
Dinding
|
Licin, datar,
non absorben, non toksik, mudah dibersihkan.
|
Datar dan mudah
dibersihkan
|
Ventilasi
|
Nyaman,
sirkulasi udara bagi pengelolaan makanan cukup serta bebas asap dan polusi
lainnya. Diberi kawat kasa agar tidak menjadi tempat berkembiaknya hama,
tikus kecoa, lalat. Mampu menghilangkan bau, gas, asap dan uap.
|
Kurang nyaman,
sirkulasi udara kurang
|
Pencahayaan
|
Cukup terang,
lampu harus dibersihkan secara teratur dan diberi penutup sehingga apabila
pecah tidak akan mengkotaminasi pangan.
|
Kurang terang,
lampu jarang dibersihkan dan tidak ada penutup.
|
Tempat cuci
bahan pangan
|
Dalam keadaan
bersih dan mudah dibersihkan. Suplai air bersih harus cukup
|
Tempat cuci
bahan bersatu dengan tempat cuci piring dan tersedia air bersih.
|
Tempat sampah
|
Tempat sampah tersedia
dalam jumlah yang cukup dan letaknya cukup strategis serta jauh dari tempat
mengolah pangan.
|
Tersedia, namun
jumlahnya sedikit
|
Tempat cuci
tangan dan toilet
|
Harus
disediakan
|
Tidak ada,
hanya toilet
|
Hasil kuesioner
untuk peralatan produksi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Peralatan produksi UKM tempe
No
|
Kondisi Bangunan
|
Frekuensi
|
Persentasi (%)
|
||||||||
4
|
3
|
2
|
1
|
Ttl
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Ttl
|
||
1
|
Pembersihan
peralatan
|
2
|
4
|
-
|
-
|
6
|
33
|
67
|
-
|
-
|
100
|
2
|
Tempat
penirisan
|
3
|
3
|
-
|
-
|
6
|
50
|
50
|
-
|
-
|
100
|
3
|
Bahan peralatan
|
3
|
3
|
-
|
-
|
6
|
50
|
50
|
-
|
-
|
100
|
4
|
Tempat
penyimpanan
|
1
|
4
|
1
|
-
|
6
|
17
|
66
|
17
|
-
|
100
|
5
|
Penggantian
alat rusak
|
5
|
1
|
-
|
-
|
6
|
83
|
17
|
-
|
-
|
100
|
Keterangan : 4 =
Sangat baik, 3 = Baik, 2 = Cukup, 1 = Kurang
Tabel 5.
Perbandingan antara pedoman produksi
untuk peralatan produksi menurut GMP dengan kondisi peralatan produksi
IKM tempe
Peralatan Produksi
|
Syarat Minimum GMP
|
Keadaan di UKM
|
Bahan
|
Baja tahan
karat
|
Baja tahan
karat
|
Dinding pemisah
|
Keras, tidak
porous, tahan air, permukaan licin, tahan abrasi, tahan panas, anti hancur
dan non toksik.
|
Keras dan tidak
terlalu licin.
|
Ban berjalan
|
Tahan air (
nilon/ stainless steel)
|
Tidak ada
|
Peralatan
|
Mudah dibongkar
dan dibersihkan.
|
Agak susah
dibongkar dan dibersihkan.
|
Hygine Karyawan
Hasil kuesioner untuk hygiene karyawan dapat dilihat pada tabel berikut ini
:
Tabel 6.
Hygiene karyawan UKM tempe
No
|
Hygiene Karyawan
|
Frekuensi
|
Persentasi (%)
|
||||||||
4
|
3
|
2
|
1
|
Ttl
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Ttl
|
||
1
|
Berbicara
ketika bekerja
|
2
|
2
|
2
|
-
|
6
|
33,3
|
33,3
|
33,3
|
-
|
100
|
2
|
Memakai
perhiasan
|
1
|
3
|
2
|
-
|
6
|
17
|
50
|
33
|
-
|
100
|
3
|
Menyentuh
bagian tubuh
|
2
|
3
|
1
|
-
|
6
|
33
|
50
|
17
|
-
|
100
|
4
|
Berpindah
tempat
|
1
|
1
|
2
|
2
|
6
|
17
|
17
|
33
|
33
|
100
|
5
|
Mencuci tangan
dengan sabun/ pembersih lain
|
5
|
1
|
-
|
-
|
6
|
83
|
17
|
-
|
-
|
100
|
Keterangan : 4 =
Sering, 3 = Kadang-kadang, 2 = Jarang, 1 = Tidak pernah
Tabel 7.
Perbandingan antara pedoman produksi
untuk hygiene karyawan menurut GMP dengan kondisi karyawan UKM
Karyawan
|
Syarat Menurut GMP
|
Keadaan di UKM
|
Kesehatan
|
Karyawan yang
dalam kondisi menderita sakit tidak boleh bersentuhan langsung pada kegiatan
produksi.
|
Karyawan yang
sakit untuk sementara diistirahtkan.
|
Kebersihan
|
Memakai
celemek, topi (penutup kepala), masker, dan sepatu.
Memperhatikan
kebersihan badan, tangan, kuku, rambut dan pakaian.
|
Tidak memakai
celemek, masker, topi (penutup kepala)
|
Kebiasaan
|
Hindari
mengobrol selama proses produksi berlangsung.
Tidak merokok
di ruangan tempat usaha dijalankan.
Hindari
menggunakan serbet untuk mengelap peralatan yang juga dipakai untuk mengelap
tangan.
Tidak meniup
plastik pembungkus
|
Sangat sering
mengobrol pada saat proses produksi.. Kadang-kadang menggunakan satu serbet
untuk keduanya. Terkadang meniup plastic pembungkus
|
Data yang
disajikan pada tabel dibawah adalah data
tentang lingkungan kerja UKM tempe di Kabupaten Garut. Data tersebut selanjutnya diolah kemudian disajikan dalam
bentuk tabel distribusi tentang lingkungan kerja (X) sebagai mana disajikan
dibawah ini.
Tabel 8.
Distribusi lingkungan kerja dari tiap
responden
Nomor Responden
|
Lingkungan Kerja
|
Variabel (X)
|
||
Bangunan dan Fasilitas
|
Peralatan Produksi
|
Hygine Karyawan
|
||
1
|
12
|
17
|
16
|
45
|
2
|
13
|
18
|
17
|
48
|
3
|
10
|
14
|
17
|
41
|
4
|
11
|
17
|
12
|
40
|
Tabel 8. lanjutan
5
|
10
|
18
|
15
|
43
|
6
|
10
|
19
|
13
|
42
|
Jumlah
|
66
|
103
|
90
|
259
|
Tabel 9.
Distribusi frekuensi kualitas produk tempe
Nilai Kelas Interval
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
5 – 6
|
35
|
17,5
|
7 – 8
|
53
|
26,5
|
9 – 10
|
50
|
25
|
11 – 12
|
43
|
21,5
|
13 – 14
|
11
|
5,5
|
15 – 16
|
8
|
4
|
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pembahasan
pengaruh lingkungan kerja terhadap kualitas produk Tempe yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka penyusun menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Lingkungan
kerja UKM Tempe yang terdiri dari kondisi bangunan dan fasilitasnya, peralatan
produksi, dan hygiene karyawan belum seluruhnya mengikuti standar GMP ( Good Manufacturing Practices).
2.
Dari
hasil perhitungan derajat pengaruh variabel X (lingkungan kerja) terhadap
variabel Y (kualitas produk) diperoleh nilai r = 0,23, sehingga dapat dikatakan
lingkungan kerja memiliki hubungan korelasi positif lemah. Koefisien determinasi
(r2) = 0,05, dan uji signifikasi koefisien korelasi (t) = 0,47, karena nilai
uji signifikasi (t) tidak sama dengan nol, maka dapat dikatakan bahwa
lingkungan kerja mempunyai hubungan erat dalam kualitas produk UKM produk tempe.
Berdasarkan hasil dari pembahasan
pengaruh lingkungan kerja terhadap kualitas produk Tempe yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka penyusun menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Lingkungan
kerja UKM Tempe yang terdiri dari kondisi bangunan dan fasilitasnya, peralatan
produksi, dan hygiene karyawan belum seluruhnya mengikuti standar GMP ( Good Manufacturing Practices).
2.
Dari
hasil perhitungan derajat pengaruh variabel X (lingkungan kerja) terhadap
variabel Y (kualitas produk) diperoleh nilai r = 0,23, sehingga dapat dikatakan
lingkungan kerja memiliki hubungan korelasi positif lemah. Koefisien determinasi
(r2) = 0,05, dan uji signifikasi koefisien korelasi (t) = 0,47, karena nilai
uji signifikasi (t) tidak sama dengan nol, maka dapat dikatakan bahwa
lingkungan kerja mempunyai hubungan erat dalam kualitas produk UKM produk tempe.
Komentar
Posting Komentar